RSS
/* */

Sejarah Bali

/* */

Mengakhiri jaman prasejarah, Bali sudah dituju untuk melakukan pencarian dan perjalanan oleh para penekun spiritual. Pada zaman Hindu di Nusantara / Indonesia khususnya di Bali telah terjadi pula perjalanan wisata karena dorongan keagamaan. Rsi Markandeya tercatat sebagai tokoh spiritual dari Jawa yang pertama menjejakkan kakinya di Bali .

Rsi Markandiya sekitar abad 8, telah melakukan perjalanan dari Jawa ke Bali dengan membawa misi-misi keagaman. Perjalanan ini untuk melakukan perncarian kesucian batin dan keseimbangan alam kemudian meletakkan tonggak tatanan agama Hindu di lereng selatan gunung Agung yang kini dikenal sebagai Pura Agung Besakih. Pura Besakih dipercaya sebagai tonggak pertama Rsi Markandeya bersama pengikutnya memastikan Bali sebagai tanah tujuan membangun nilai spritual.
Bagai berkelanjutan , tatanan hidup spiritual secara simultan beriring dengan tata pemerintahan di Bali . Pemerintahan dinasti Warmadewa disebutkan dalam berbagai naskah kuno amat mendukung kelangsungan hidup beragama dengan budaya dan adat setempat sehingga mengundang kedatangan tokoh-tokoh spiritual lainnya dari tanah Jawa .

Kedatangan Empu Kuturan pada sekitar abad 11 secara pasti mampu merekat tatanan hidup masyarakat lokal dengan tatanan hidup yang dibawa dari Jawa . Tatanan desa adat dengan konsep parhyangan sebagai personifikasi Tuhan dalam fungsi Tri Murti adalah upaya menampung penyatuan konsep lokal dengan konsep Hindu. Kemudian Dang Hyang Nirartha (Pedanda Sakti Wawu Rawuh) pada abad ke 16 datang ke Bali sebagai misi keagamaan dengan titik berat pada konsep Upacara.

Penyatuan Nusantaraa oleh Majapahit adalah puncak perjalanan dan transformasi agama dan budaya lokal dengan Hindu. Dalam perjalanan waktu, Bali dan masyarakatnya kemudian menjalani keseharian mereka dengan tata kehidupan agama, seni dan budaya yang unik.

Keunikan inilah kemudian pada sekitar tahun 1579, menjadi perhatian seorang Belanda bernama Cornelis de Houtman yang melakukan perjalanan ke Indonesia untuk mencari rempah - rempah.. Tanah yang subur, kegiatan pertanian dan keunikan budaya penduduknya dalam menjalani keseharian sungguh menjadi perhatian besar bagi ekspedisi de Houtman.

Berawal dari Pulau Jawa ekspedisi tersebut berlayar menuju ke Timur dan dari kejauhan terlihatlah sebuah pulau yang merimbun. Dikiranya pulau tersebut menghasilkan rempah-rempah. Setelah mereka mendarat, mereka tidak menemukan rempah-rempah. Hanya sebuah kehidupan dengan kebudayaannya yang menurut pandangan mereka sangat unik, tidak pernah dijumpai di tempat lain yang dikunjungi selama mereka mengelilingi dunia, alamnya sangat indah dan mempunyai daya tarik tersendiri. Pulau ini oleh penduduknya dinamakan Bali. Inilah yang mereka laporkan kepada Raja Belanda pada waktu itu.

Berbarengan dengan Indonesia yang dikenal sebagai penghasil rempah, Bali mulai dikenal dunia dari sisi budaya. Penguasaan Belanda terhadap Indonesia pada sekitar abad 17 dan 18 tidak banyak memberi pengaruh pada kehidupan agama dan budaya di Bali. Hindu di Bali pada masa itu bahkan memasuki masa kejayaan ketika kerajaan di Bali berpusat di Gelgel dan kemudian dipindah ke Smarapura. Padaawal abad 20, barulah Bali dikuasai oleh Belanda ditandai dengan jatuhnya kerajaan Klungkung tahun 1908.

Kemudian pada tahun 1920 mulailah wisatawan dari Eropa datang ke Bali. Hal ini terjadi berkat dari kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketcart Maatsckapy) yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke Indonesia dan juga agar kapal-kapal tersebut mendapat penumpang dalam perjalanannya ke Indonesia lalu mereka memperkenalkan Bali di Eropa sebagai (the Island of God).

Dari para wisatawan Eropa yang mengunjungi Bali terdapat pula para seniman, baik seniman sastra, seniman lukis maupun seniman tari. Dalam kunjungan berikutnya banyak para seniman tersebut yang menulis tentang Bali seperti :

Seniman Sastra:
Dr. Gregor Krause adalah orang Jerman yang dikirim ke Wetherisnds East Idies (Indonesia) bertugas di Bali pada tahun 1921 yang ditugaskan untuk membuat tulisan-tulisan dan foto-foto mengenai tata kehidupan masyarakat Bali. Bukunya telah menyebar ke seluruh Dunia pada tahun 1920. Beliau tinggal di Bangli. Miguel Covarrubias dengan bukunya the Island of Bali tahun 1930, Magaret Mead, Collin Mc Phee, Jone Bello, Mrs Menc (Ni Ketut Tantri) dengan bukunya Revolt In Paradise. Roelof Goris dengan bukunya Prasasti Bali, menetap di Bali tahun 1928. Lovis Conperus (1863-1923) dengan bukunya Easwords (Melawat ke Timur) memuji tentang Bali terutama Kintamani.

Seniman Lukis:
R. Bonet mendirikan museum Ratna Warta. Walter Spies bersama Tjokorde mendirikan yayasan Pita Maha. Disamping dikenal sebagai pelukis ia juga mengarang buku dengan judul Dance dan Drama in Bali. Arie Smith yang membentuk aliran young artist Le Mayeur, adalah orang Belgia yang mengambil istri di Bali, tinggal di Sanur tahun 1930 dengan Museum Le Mayeur di Bali. Mario Blanco orang Spanyol juga seorang pelukis beristrikan orang Bali dan menetap di Ubud.
Dan banyak lagi seniman baik asing maupun Nusantara disamping menetap, mengambil obyek baik lukisan maupun tulisan mengenai Bali. Dan tulisan-tulisan mengenai Bali mulai tahun 1920 sudah menyebar keseluruh Eropa dan Amerika.

Para Wisatawan asing yang sudah pernah ke Bali lalu menceritakan pengalaman kunjungannya selama di Bali kepada teman-temannya. Penyebaran informasi mengenai Bali baik karena tulisan-tulisan tentang Bali maupun cerita dari mulut ke mulut menyebabkan Bali dikenal di manca negara. Bahkan sampai saat ini nama Bali masih lebih dikenal umum dibandingkan dengan nama Indonesia di mancanegara.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka penyebaran informasi mengenai daerah tujuan wisata (DTW), Bali selalu mengutamakan nama Indonesia, baik itu penyebaran informasi melalui brosur-brosur maupun pada pameran-pameran yang diadakan di negara asing. Sehingga dengan demikian diharapkan nama Indonesia lebih dikenal dan dipahami bahwa Bali adalah salah satu propinsi yang ada di Indonesia dan merupakan bagian dari Indonesia, bukan sebaliknya.

Untuk menampung kedatangan wisatawan asing ke Bali maka pada tahun 1930 didirikanlah hotel yang pertama di Bali yaitu Bali Hotel yang terletak di jantung kota Denpasar, disamping itu juga ada sebuah pesanggrahan yang terletak di kawasan wisata Kintamani.

Pesanggrahan sangat strategis untuk dapat melihat pemandangan alam Kintamani yang unik dan mempunyai daya tarik tersendiri di mata wisatawan, bahkan pesanggrahan tersebut sangat strategis untuk menyaksikan saat Gunung Batur meletus maupun mengeluarkan asap.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, saat Gunung Batur meletus banyak roh-roh halus menyebar di sekitar Kintamani, karena itu masyarakat setempat membuat upacara agar ketentraman Desa terpelihara.

Pada saat Gunung Batur meletus pada tahun1994 yang lalu kawasan Kintamani makin banyak dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan atraksi kegiatan Gunung Batur.

Nama Bali makin terkenal setelah pada tahun 1932, rombongan Legong Peliatan melanglang buana ke Eropa dan Amerika atas prakarsa orang-orang asing dan pada tahun berikutnya makin banyak saja seni tari Bali yang diajak melanglang buana ke mancanegara. Selama pementasan selalu pertunjukan tersebut mendapat acungan jempol.

Makin terkenalnya nama Bali di mancanegara, kunjungan wisatawan asing makin banyak datang ke Bali. Berbagai julukan diberikan kepada Bali antara lain :

The Island of Gods
The Island of Paradise
The Island of Thousand Temples
The Morning of The World oleh Pandit Jawahral Nehru
The Last Paradise on Earth dan lain sebagainya.

Kesemarakan Pariwisata Bali pernah terhenti karena meletusnya Perang Dunia I tahun 1939 - 1941 dan Perang Dunia II tahun 1942-1945 dan dilanjutkan dengan Revolusi Kemerdekaan RI tahun 1942-1949.

Baru pada tahun 1956 kepariwisataan di Bali dirintis kembali. Pada tahun 1963 didirikan Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach sekarang) dan diresmikan pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach) mempunyai sejarah tersendiri dimana merupakan satu-satunya hotel di Bali yang berlantai 9 (sembilan) tingginya lebih dari 15 meter.

Berikutnya pada bulan Agustus 1969 diresmikan Pelabuhan Udara Ngurah Rai sebagai pelabuhan internasional. Kepariwisataan di Bali dilaksanakan secara lebih intensif, teratur dan terencana ketika dimulai dicanangkan Pelita I pada April 1969. Pembangunan fasilitas-fasilitas untuk wisatawan di sekitar Tuban dan Kuta mulai dilakukan. Semenjak itu kepariwisataan Bali berkembang sangat pesat hingga sampai saat ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar



Situs Penting:    www.google.com    www.yahoo.com    www.bing.com    www.wikipedia.org   
   Bisnis Online